Bagaimana bentuk akulturasi budaya yang terlihat dari bangunan Masjid Agung Banten
1. Jelaskan kondisi masyarakat Banten sebelum masuknya Islam ke daerah
tersebut!
Jawab:
Sebelum era Islam, Kerajaan Banten dipimpin seorang Raja bernama Pucuk Umun
dengan ajaran animisme Sunda Wiwitan.
Setelah terjadinya kontak budaya antara Kerjaan Banten dengan Sultan Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang merupakan cucu dari Prabu Siliwangi,
diutuslah seorang bernama Sabakingking (kelak bernama Sultan Maulana
Hasanudin) untuk melakukan syiar Islam kepada Raja Banten Pucuk Umun.
Setelah kedua pihak beradu kesaktian ilmu, takluklah Kerajaan Banten pimpinan
Pucuk Umun hingga sang raja pun bersedia pergi ke Mekkah untuk belajar agama Islam.
Semenjak saat itu, wilayah kerajaan Banten mendapuk Sabakingking atau Sultan
Maulana Hasanudin sebagai pemimpin kesultanan Islam baru yang terpisah dari
otoritas ayahnya, Sunan Gunung Jati atau Sulatn Syarif Hidayatullah di
Kesultanan Cirebon.
2. Apakah makna dari tumpak tiang masjid Banten yang berbentuk labu?
Jawabannya:
Makna dari tumpak tiang Masjid Agung Banten berbentuk labu yakni hasil
pertanian labu yang makmur di zaman Sultan Maulana Hasanudin abad ke-16.
Sehingga hasil pertanian labu tersebut menjadi sebuah lambing kebanggaan
kemakmuran pada masa tersebut.
3. Bagaimana bentuk akulturasi budaya yang terlihat dari bangunan Masjid
Agung Banten?
Jawaban:
Bangunan Masjid Agung Banten, khususnya menara di masjid tersebut merupakan
wujud nyata akulturasi dari budaya seni ragam hias yang terdapat di Pulau Jawa,
yakni, tumpak (segitiga memanjang) di kepala menara,
Sedangkan bangunan menara sendiri bukan bangunan yang lazim melengkapi masjid
pada kala itu dan menara merupakan pengaruh dari kebudayaan Belanda.